Jenis Makanan yang Hanya Kamu Temukan di Suku Batak – Makanan Batak adalah jenis masakan yang dipengaruhi seni dan tradisi memasak suku Batak yang mendiami wilayah Sumatra Utara. Makanan Batak merupakan salah satu jenis masakan Nusantara. Salah satu ciri masakan batak adalah kegemarannya menggunakan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) sebagai rempah utama. Inilah yang menyebabkan Andaliman terkadang dijuluki sebagai “Merica Batak”. Kebanyakan orang Batak saat ini beragama Kristen, karena itulah tidak seperti suku di sekitarnya (seperti Aceh, Minangkabau dan Melayu), kebanyakan hidangan Batak tidak dibatasi oleh aturan halal. Daging babi dan darah dikonsumsi dalam tradisi kuliner Batak. Banyak makanan terbaik daerah itu dibuat dari daging babi, serta terbuat dari bahan-bahan yang tidak biasa, tetapi ada juga hidangan-hidangan halal.
Sambal Tuktuk
Sambal tuktuk adalah sambal khas tradisional Batak yang berasal dari Tapanuli, Sumatra Utara. Bahan-bahan untuk membuat sambal tuktuk tidak berbeda dengan bahan sambal-sambal pada umumnya. Perbedaannya dengan sambal yang lain adalah adanya andaliman. Sambal tuktuk di daerah asalnya dicampur dengan ikan aso-aso (sejenis ikan kembung yang sudah dikeringkan), tetapi jika tidak menemukan ikan tersebut bisa diganti dengan ikan teri tawar.
Baca Juga : Inilah 5 Restaurant di Siantar yang Ramah untuk Pengunjung Muslim
Dali ni Horbo
Dali ni horbo atau bagot ni horbo adalah air susu kerbau yang diolah secara tradisional dan merupakan makanan khas Batak dari daerah Tapanuli. Konon menurut ceritanya, tradisi mengolah susu kerbau sudah dimulai oleh leluhur orang Batak semenjak adanya komunitas Batak. Dali menjadi menu utama di setiap rumah khas Batak. Untuk mendapatkan dali, umumnya masyarakat harus pergi ke setiap onan (pasar) di daerah Tapanuli. Dali di daerah tersebut menjadi komoditas dagangan.
Secara umum, kandungan gizi di dalam dali tidak berbeda dengan kandungan gizi susu lainnya seperti lemak, karbohidrat, dan protein, hanya berbeda pada proses pengolahannya, yaitu diolah dengan sederhana, menggunakan peralatan tradisional, dan tidak menggunakan unsur kimia.
Mie Gomak
Mi gomak adalah makanan yang terkenal sebagai masakan khas suku Batak Toba dari Sumatra Utara. Masakan ini adalah masakan khas daerah sekitar Danau Toba, mulai dari Porsea, Balige, Laguboti, Tarutung, hingga Tapanuli Selatan. Mi ini juga dapat ditemukan di berbagai daerah di Sumatra Utara, mulai dari Medan, Siantar, Parapat, Labuhan Batu, Sibolga, hingga Deli Serdang. Namun, mi gomak sudah terkenal di berbagai provinsi dan juga beberapa masyarakat Indonesia yang berbeda provinsi.
Mengenai asal-usul sebutan untuk menu ini memiliki beragam versi. Sebagian menyebutkan mungkin karena awalnya mi ini disajikan dengan cara “gomak” yang berarti “ambil” atau “peras” dalam bahasa Batak Toba. Mi akan di-gomak atau dipegang/digenggam dengan tangan kosong sebelum disajikan di piring.
Saat ini, sebagian penjual masih memakai tangan yang dilapisi plastik atau sarung tangan untuk menyajikan mi gomak, sedangkan penjual yang lain menggunakan sendok atau garpu. Mi gomak dibuat dari tepung terigu. Ketika masih mentah, bentuknya kaku dan lurus seperti lidi, sehingga sering disamakan dengan masakan Italia, spageti. Inilah yang menyebabkan mi gomak juga disebut dengan spageti Batak.
Sangsang
Sangsang (dibaca: saksang) adalah masakan khas suku Batak yang terbuat dari daging babi, daging anjing, atau daging kerbau yang dicincang kecil dan dibumbui dengan rempah-rempah, serta dimasak baik dengan menggunakan darah hasil sembelihan hewan tersebut (margota) atau olahan rempah biasa tanpa darah (na so margota).
Rempah yang termasuk dalam bumbu saksang antara lain; jeruk purut dan daun salam, ketumbar, bawang merah, bawang putih, cabai, merica, serai, jahe, lengkuas, kunyit, dan andaliman. Sangsang sering dikaitkan secara spesifik sebagai hidangan tradisional Batak Toba, meskipun hidangan ini dikenal secara meluas oleh berbagai puak Batak.
Sangsang merupakan salah satu hidangan yang kerap dihidangkan dalam upacara adat Batak. Sangsang bersama dengan char siu (babi panggang merah), arsik, dan daun ubi tumbuk adalah hidangan yang populer dalam khazanah masakan Batak dan lazim disajikan di Lapo, yaitu kedai makan dan minum tradisional Batak. Hidangan ini tidak halal dalam ajaran Islam atau ajaran agama yang tidak memperbolehkan memakan daging babi, anjing, dan darah.
Dengke Mas na Niura
Dengke mas na niura adalah makanan tradisional khas Batak yang berasal dari tanah Batak, khususnya wilayah Toba, Pulau Samosir, Danau Toba, Tapanuli Utara, dan Humbang Hasundutan. Dahulu, masakan na niura dikhususkan untuk raja saja, tetapi semua orang-orang Batak saat ini dapat membuat dan menyantapnya karena rasanya yang enak. Masakan ini awalnya menggunakan ikan mujair, kemudian digunakan juga untuk ikan emas yang memang banyak ditemukan di Danau Toba.
Ikan mas na niura dikenal juga dengan makanan yang tidak dimasak, direbus, digoreng, atau tanpa menggunakan api. Na niura dalam bahasa Batak artinya ikan yang tidak dimasak melalui api, tetapi enak dimakan. Ikan tersebut dimasak dengan fermentasi bumbu utama, yakni asam batak seperti utte sira atau asam jungga; bisa juga menggunakan kecombrang.
Rasa makanan ini seperti ikan segar tanpa bau amis. Na niura menjadi enak karena bumbu-bumbu khas yang terdapat di dalamnya; termasuk andaliman. Sebelumnya, bumbu-bumbu tersebut sudah disangrai dan digiling bersama, lalu dioleskan di ikan. Untuk mendapatkan hidangan naniura ini dibutuhkan waktu kira-kira 5 jam. Ikan naniura ini mirip dengan masakan Jepang, seperti Sashimi dan Ceviche dari Peru. Hal ini dikarenakan makanan tersebut tidak melalui proses memasak melalui api.
Na Tinombur
Na tinombur adalah makanan khas Batak, Sumatra Utara yang berbahan dasar ikan mas atau mujair. Hidangan ini biasanya disajikan dalam acara keluarga. Pengertian tombur sendiri adalah membasahi atau mengairi, sehingga hidangan ikan tersebut dilumuri dengan bumbu.
Proses memasaknya diawali dengan membuat tombur atau bumbu dan sambal yang dilumuri ke ikan. Ikan mas atau mujair lantas dibakar atau digoreng terlebih dahulu. Rempah yang digunakan untuk bumbu ikan adalah andaliman, jahe, bawang merah, kemiri, dan jeruk nipis. Andaliman adalah bahan yang dapat menambah cita rasa yang lebih pedas dan gurih.
Manuk Napinadar
Manuk napinadar atau ayam napinadar adalah masakan khas Batak yang biasanya dihidangkan pada pesta adat tertentu, biasanya disajikan saat seseorang sedang mengalami suka cita seperti kelahiran anak, pernikahan, dan saat seseorang akan berangkat merantau. Bagi masyarakat Batak, ayam napinadar memiliki filosofi, yaitu sebagai sarana untuk memanjatkan doa dan dapat memberikan semangat dan berkat. Dengan memberikan hidangan ini ke seseorang, harapannya seseorang tersebut dapat mendapatkan kesehatan dan berkat yang melimpah.
Proses memasak ayam napinadar, yaitu dipanggang terlebih dahulu. Setelah itu, disiram dengan manuk (darah ayam) itu sendiri dan dicampur dengan andaliman, bawang putih bubuk (yang sudah digiling sampai halus), lalu dimasak. Campuran bumbu dengan darah ayam membuat kuah ayam ini menjadi lebih kental dan gurih. Jenis ayam yang digunakan untuk hidangan ini adalah ayam kampung jantan. Hal ini melambangkan keberhasilan dan kegagahan. Hidangan ini juga dapat dikonsumsi bagi penganut agama muslim karena bumbu ayamnya bisa diganti dengan parutan kelapa.
Tanggo Tanggo
Tanggo tanggo adalah masakan khas dari wilayah Batak Toba yang terbuat dari daging babi atau anjing, bumbu santan, dan rempah-rempah (termasuk jeruk purut dan daun salam, ketumbar, bawang merah, bawang putih, cabai, merica, serai, jahe, lengkuas, kunyit dan andaliman). Masakan ini tidak jauh berbeda dengan sangsang. Perbedaannya adalah daging yang akan dimasak menjadi tanggo tanggo dipotong lebih besar (sebesar kepalan tangan) dan dipadu dengan sayuran yang tidak hanya dari daun singkong.